Jamur Tiram, Jamur Konsumsi Yang Bisa Dibudidayakan di Indonesia
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok
Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh
buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran
mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan
Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom.
Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping
(bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga
jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Jamur tiram juga
memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna
putih yang bisa tumbuh dengan cepat.
Syarat tumbuh
Secara alami, jamur tiram Pleurotus ditemukan di hutan dibawah
pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu. Jamur tiram tidak memerlukan
cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh
lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah.
Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar.
Pada masa pertumbuhan misellium, jamur tiram sebaiknya ditempatkan dalam
ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya
rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah
tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada
permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas penyinaran 60 - 70
%.
Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting
untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang
optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase
inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28 OC dengan kelembapan
60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22
OC.
Tingkat keasaman media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
jamur tiram.[4] Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan
jamur akan terhambat.[4] bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan
mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman pH media perlu diatur
antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur (Calsium carbonat).
Kandungan gizi
Jamur tiram merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan
protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori.
Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor, besi, kalsium,
karbohidrat, dan protein. Untuk kandungan proteinnya, lumayan cukup tinggi,
yaitu sekitar 10,5-30,4%.
Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah
367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6 persen karbohidrat, 1,7-2,2 persen
lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin, dan 314.0 mg
kalsium. Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100 kj/100 gram dengan 72
persen lemak tak jenuh. Serat jamur sangat baik untuk pencernaan. Kandungan
seratnya mencapai 7,4- 24,6 persen sehingga cocok untuk para pelaku diet.
Budidaya
(disadur dari berbagai teknik budidaya dari beberapa petani di indonesia)
Media tanam dan komposisi
Media tanam jamur tiram yang digunakan adalah jerami yang dicampur
dengan air, dedak 10% dan kapur 1%. Fungsi dari jerami adalah sebagai bahan
dasar dari pertumbuhan jamur. Jerami mengandung lignin, selulosa, karbohidrat,
dan serat yang dapat didegradasi oleh jamur menjadi karbohidrat yang kemudian
dapat digunakan untuk sintesis protein. Air pada jerami berfungsi sebagai
pembentuk kelembapan dan sumber air bagi pertunbuhan jamur. Dedak dan kapur
merupakan bahan tambahan pada media tanam Pleurotus ostreatus. Dedak
ditambahkan pada media untuk meningkatkan nutrisi media tanam, terutama sebagai
sumber karbohidrat, karbon, dan nitrogen. Kapur merupakan sumber kalsium bagi
pertumbuhan jamur. Selain itu juga kapur berfungsi untuk mengatur pH media
pertumbuhan jamur.
Media lain
Selain jerami, media lain yang dapat digunakan seperti media serbuk
gergaji yang mengandung selulosa, lignin, pentosan, zat ekstraktif, abu, jerami
padi, media limbah kapas, alang-alang, daun pisang, tongkol jagung, klobot
jagung, gabah padi, dan lain sebagainya. Tetapi, tetap saja pertumbuhan yang
paling baik ada di media serbuk gergaji dan merang. Penyebabnya adalah karena
jumlah lignoselulosa, lignin, dan serat pada serbuk gergaji dan merang memang
lebih tinggi. Sebagai contohnya dalam pembuatan media jerami padi, bahan-bahan
yang digunakan adalah 15-20% jerami padi, 2.5% bekatul kaya karbohidrat,
karbon, dan vitamin B komplek yang bisa mempercepat pertumbuhan dan mendorong
perkembangan tubuh buah jamur, 1-1.5% kalsium karbonat atau kapur menetralkan
media sehingga dapat ditumbuhi oleh jamur (pH 6,8 – 7,0). Selain itu, kapur
juga mengandung kalsium sebagai penguat batang / akar jamur agar tidak mudah
rontok. 0.5% gips dapat memperkukuh struktus suatu bahan campuran, dan terakhir
0.25% pupuk TS sebagai nutrisi.
Metode budidaya
Budi daya jamur tiram menggunakan substrat jerami dengan tahapan
sebagai berikut: pembuatan media tanam dilakukan dengan memotong jerami menjadi
berukuran 1–2 cm. Rendam jeraminya selama semalaman. Setelah itu, ditiriskan
airnya sebelum ditambahkan dedak 10% dan kapur 1% sebagai zat hara pertumbuhan
jamur. Semua bahan diaduk rata dan campuran bahan tadi dimasukkan ke dalam plastik
yang tahan panas hingga terisi 2/3 bagian. Baru kemudian dipadatkan
(dipukul-pukul dengan botol kaca). Setelah cukup padat, leher plastik bagian
atas dimasukkan pipa paralon dan dibagian tengah media subtrat diberi lubang
dan ditancapkan tips. Selanjutnya ditutupi dengan kapas lalu media substrat
dilapisi dengan kertas dan diikat dengan karet.
Media
tersebut disterilisasi pada 121˚C selama 20 menit di dalam autoklaf untuk
memastikan bahwa tidak ada kontaminan yang tumbuh yang mungkin akan mengganggu
pertumbuhan jamur. Setelah steril, media substrat dibuka secara aseptis, lalu
tips di tengah-tengah media dan kapas diambil dengan pinset steril. Lubang yang
terbentuk diisi dengan bibit jamur tiram yang ditumbuhkan pada biji sorgum pada
botol (aseptis). Lalu media ditutup kapas lagi dan dibungkus dengan kertas.
Media substrat diinkubasi pada suhu ruang selama beberapa minggu hingga tumbuh
miselium. Setelah tumbuh miselium, kapas pada media dibuang dan media dibiarkan
terbuka. Semprotkan air setiap hari pada tempat pertumbuhan jamur agar kondisi
sekitar lembap dan mendukung pertumbuhannya. Tubuh buah jamur akan tumbuh
secara perlahan-lahan ketika media lembap dalam waktu sekitar 1 bulan lebih.
Tubuh buah yang sudah cukup besar diambil dan ditimbang untuk diamati
pertumbuhannya setiap minggu.
Post a Comment